::14/09 until 16/09:: sweet memory::
Hari-hari yang dilalui penuh dengan pengharapan. Seorang ibu yang membesarkan anaknya, mengharapkan suatu masa nanti anak tersebut menjadi anak yang soleh/ah yang mampu membela nasibnya dihari tua. Seorang pendidik yang mendidik pelajarnya, mengharapkan pelajarnya faham apa yang diajar supaya dapat memandu arah tuju diri pelajarnya di hari kemudian nanti, jua mengharapkan akan lahir sebagai pelapis pemimpin masa hadapan.
Setiap individu secara tidak langsung sebenarnya masing-masing mempunyai harapan. Begitu juga kita sebagai seorang muslim khususnya, pasti mengharapakan kesudahan yang baik dalam kehidupan. Hidup yang dilalui sehari-hari yang penuh dengan ‘warna-warni’. Kadang dihiasi dengan warna yang indah dan ceria dan kadang jua dihadapkan dengan warna yang suram dan duka. Itulah kita, manusia yang bertatih di buminya. Berkelana menuju titik nokhtah penghujung pengakhiran kehidupan di dunia dan menuju ‘pintu’ kehidupan baru di alam lain.
“Kita harus bersyukur dengan apa yang Allah kurniakan kepada kita” tercetus dari mulut kak Fadhilah. Alhamdulillah, saya bersyukur, Allah sentiasa memberikan saya sahabat yang selalu mengingatkan kembali kepada Pencipta. “Patah tumbuh, hilang berganti”.
Alam pekerjaan yang mempunyai cabaran yang berbeza dengan zaman menuntut di kampus. Mengajar saya untuk lebih berdikari. Kembali bekerja. Hampir dua bulan ‘merehatkan diri’, tanggal 04 Okt 2010 saya kembali berkhidmat mendidik anak bangsa.
Alhamdulillah, Allah melancarkan sumber rezeki. Dulu saya punya pengalaman mendidik mereka yang dikategorikan sebagai ‘remaja’. Hari ini saya di hadapkan dengan karenah anak-anak ‘kecil’ berumur sekitar 7 tahun hingga 10 tahun.
“Ya Allah tiada daya upaya bagi kami untuk melawan takdirMU. Berikan kecekalan pada hati-hati kami, di dalam melalui liku-liku hidup yang penuh dengan ‘warna-warni’” ini.
TEHIBUR DENGAN GELAGAT MEREKA
"Ustazah nampak macam pontianak" Kata seorang pelajar saya bila melihat saya pada hari Isnin minggu ke dua mula kembali bekerja, memakai baju putih dari kepala hingga ke kaki (kecuali kasut). Saya memakai pakaian pernikahan saya untuk pakaian putih yang wajib di pakai oleh semua staff pada setiap hari Isnin. Seperti kurang ajar.. tapi itulah kata-kata jujur dari mulut seorang kanak-kanak berusia 8 tahun. Saya hanya tersenyum..
Benarlah hadis nabi:
Sabda Rasulullah SAW : Elokkanlah namanya (anak) dan elokkanlah adabnya. (Hadis riwayat al-Baihaqi)
No comments:
Post a Comment